Hikayat Puteri Nurul 'Ala: Kisah Heroik dari Peureulak ke Jayakarta
Hikayat Puteri Nurul 'Ala
Di hulu sungai Peureulak, di Biang Perak, di muara Kruëng Tuan dan Kruëng Seumanah, ada seorang raja. Raja tersebut belum memiliki anak dan sangat mendambakan kehadiran seorang anak, sehingga ia bernazar bahwa jika dikaruniai seorang putra atau putri, anak tersebut akan dibawa ke tepi laut Kuala Peureulak untuk dimandikan dengan air laut. Beberapa waktu setelah bernazar, Tuhan menganugerahkan seorang putra kepadanya. Beberapa tahun kemudian, lahirlah seorang putri.
Setelah putranya dewasa, Raja Peureulak berniat memenuhi nazarnya. Setelah segala perbekalan siap, mereka berlayar ke Kuala Peureulak. Setibanya di sana, mereka berhenti di pusung tengah dan membuat rakit. Di atas rakit tersebut, putra raja dimandikan dengan upacara. Tiba-tiba datanglah seekor ikan besar menerkam dan membawa pergi rakit sang putra raja ke tengah laut, hingga akhirnya rakit tersebut hilang. Semua orang panik dan ketakutan, lalu kembali ke sungai Peureulak dengan hati yang penuh duka.
Raja Peureulak kemudian memanggil seorang nujum (dukun) untuk meramal ke mana anaknya pergi, apakah masih hidup atau telah dimangsa oleh ikan. Menurut ramalan nujum, anak raja masih hidup karena rakit tersebut bertemu dengan kapal yang kemudian menolongnya dan membawanya ke negeri Jayakarta. Sang nujum menyampaikan bahwa janganlah terlalu berduka, karena kelak ketika Puteri Nurul 'Ala sudah besar, ia akan menebang pohon peureulak besar di simpang Peunaron untuk membuat bahtera dan menjemput kakaknya.
Dalam kesedihannya, inang pengasuh Puteri Nurul 'Ala menciptakan sajak buaian bagi puteri yang masih kecil itu. Ketika Puteri Nurul 'Ala besar, ia teringat akan sajak yang sering dinyanyikan oleh inang pengasuhnya. Ia pun meminta ayahnya agar pohon peureulak di simpang sungai Peunaron ditebang untuk membuat bahtera guna menjemput kakaknya. Raja Peureulak mengabulkan permintaan puteri, lalu mencari tukang dan menyuruh mereka ke hulu sungai untuk menebang pohon besar itu. Setelah ditebang, pohon tersebut dibuat menjadi bahtera, tetapi bahtera itu tidak bergerak sedikit pun ketika didorong ke sungai, yang membuat raja merasa heran.
Pada suatu malam, Puteri Nurul 'Ala bermimpi bahwa agar bahtera tersebut dapat turun ke sungai, harus diambil keponakannya yang bernama Puteri Nurkadimah dan meletakkannya di bawah bahtera sebagai bantalan. Setelah persetujuan kedua belah pihak, Puteri Nurkadimah dibawa ke tempat bahtera, dibungkus dengan kain putih, dan diletakkan di hulu bahtera. Ketika bahtera itu ditarik oleh Puteri Nurul 'Ala, dengan izin Tuhan Yang Maha Esa, bahtera tersebut akhirnya bergerak dan masuk ke sungai.
Bahtera tersebut akhirnya sampai di tempat Raja Peureulak, dan Puteri Nurul 'Ala bersiap berangkat ke Pulau Jayakarta dengan beberapa pengiring untuk mencari kakaknya, Banta Engkotba. Setibanya di Pulau Jayakarta, raja setempat yang terpesona oleh kecantikan Puteri Nurul 'Ala ingin memperistrinya, sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan tersebut, Puteri Nurul 'Ala semakin merindukan kakaknya dan merasa pasukannya akan kalah. Ia kemudian mengambil cincin peninggalan kakaknya, Banta Engkotba, membungkusnya dengan kain, dan melemparkannya sebagai peluru meriam ke darat.
Posting Komentar untuk "Hikayat Puteri Nurul 'Ala: Kisah Heroik dari Peureulak ke Jayakarta"