Hikayat Raja-Raja Samudera Pasai: Kisah Legendaris Perintis Islam di Nusantara

Hikayat Raja-Raja Samudera Pasai

Hikayat ini menceritakan seorang Raja yang masuk agama Islam di Pasai. Dikatakan oleh orang yang memiliki cerita ini, bahwa negeri yang terletak di bawah angin, yaitu PASAI, adalah yang utama dalam menyebarkan iman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Hikayat Raja-Raja Samudera Pasai Kisah Legendaris Perintis Islam di Nusantara

Ada dua Raja bersaudara: seorang bernama Raja Ahmad dan seorang lagi bernama Raja Muhammad. Mereka berdua hendak mendirikan negeri di Semerlanga.

Raja Muhammad pergi dengan segala rakyatnya menebas hutan. Di tengah hutan itu terdapat sekelompok bambu yang sangat tebal. Semua orang yang menebasnya tidak bisa habis-habis, karena setelah ditebas, bambu itu tumbuh lagi. Setelah Raja Muhammad mengetahui hal itu, ia pun berangkat untuk menebasnya sendiri, dan akhirnya bambu itu pun habis.

Saat itu, terlihat oleh Raja Muhammad di tengah bambu itu ada sesuatu yang seperti tubuh besar. Saat hendak ditebas, tiba-tiba keluar seorang anak perempuan yang sangat cantik parasnya.

Raja Muhammad melemparkan alat pemangkasnya dan segera menggendong anak itu untuk dibawa pulang. Istrinya yang melihat kejadian itu menyambut anak tersebut. Setelah itu, mereka duduk bersama, dan istri Raja Muhammad melihat anak itu dengan penuh kasih sayang.

Raja Muhammad pun menceritakan kepada istrinya tentang pertemuannya dengan anak tersebut di dalam bambu. Anak itu kemudian dinamai Puteri Betong, dan dipelihara oleh Raja seperti anak raja pada umumnya, dengan penjagaan inang pengasuh, dan segala perlengkapan lainnya.

Baginda Raja dan istrinya sangat menyayangi anak itu, yang semakin hari semakin besar dan cantik.

Ketika kabar mengenai adiknya yang mendapat anak dari dalam bambu tersebut terdengar kepada kakaknya, Raja Ahmad, ia pun bersama istrinya pergi untuk melihat anak tersebut. Sesampainya di rumah Raja Muhammad, mereka disambut dengan hormat, dan dipersilakan duduk. Kemudian, mereka dipersembahkan sirih emas.

Raja Ahmad pun bertanya, "Hai adinda, di mana anakmu?" Raja Muhammad pun meminta pengasuh untuk membawa anak itu ke hadapan Raja Ahmad. Anak itu dibawa, dan Raja Ahmad sangat terkesan melihat kecantikan anak itu.

Setelah selesai makan, Raja Ahmad bersama istrinya berpamitan untuk pulang, dan mereka kembali ke negeri mereka.

Beberapa waktu kemudian, Raja Ahmad mendirikan negeri baru di balik hutan, kira-kira sehari perjalanan dari negeri adiknya. Negeri baru itu juga dilengkapi dengan kota, parit, istana, dan balairung.

Raja Ahmad pun menikmati hidup di negeri itu bersama rakyat dan pasukannya. Suatu hari, ia pergi berburu ke hutan, namun tidak mendapatkan perburuan apapun. Ia hanya menemukan sebuah surau di tengah hutan, di mana seorang tua sedang duduk.

Raja Ahmad memberi salam kepada orang tua itu, dan orang tua itu menyahut. Raja Ahmad kemudian menceritakan perihal adiknya yang mendapatkan seorang puteri dari dalam bambu.

Orang tua itu berkata, "Hai anakku, jika engkau ingin anak itu, baiklah aku tunjukkan padamu, tunggu sebentar."

Tidak lama kemudian, datanglah seekor gajah besar yang membawa seorang anak di punggungnya, lalu menurunkannya di sungai untuk dimandikan. Setelah selesai, anak itu diangkat kembali ke punggung gajah dan dibawa ke hutan.

Raja Ahmad pun mengamati perbuatan gajah tersebut, dan orang tua itu berkata, "Hai anak muda, apakah kamu berusaha dengan segala cara untuk mendapatkan anak itu?"

Raja Ahmad menjawab, "Jika emas atau permata diberikan padaku, tidak ada yang lebih berharga bagi saya daripada anak itu."

Raja Ahmad pun memutuskan untuk kembali ke negerinya dan meminta petunjuk jalan. Orang tua itu menunjukkan jalan keluar, dan Raja Ahmad pun segera berangkat.

Sesampainya di negeri Raja Ahmad, puteri pun menyambutnya di pintu istana. Raja Ahmad menceritakan kejadian perburuan dan pertemuannya dengan orang tua di surau itu.

Raja Ahmad pun meminta bantuan untuk memperoleh anak yang dibawa oleh gajah. Setelah beberapa saat, dengan bantuan pasukannya, ia berhasil mendapatkan anak itu dan membawanya pulang.

Di istana, anak itu dinamakan "Merah Gajah" dan kehadirannya menjadi terkenal di seluruh negeri.

Kabar tentang anak ini sampai ke Raja Muhammad, yang juga datang untuk melihat anak itu. Begitu melihat Merah Gajah, ia sangat terkesan. Raja Muhammad pun mendengar cerita tentang usaha Raja Ahmad dalam berburu dan pertemuannya dengan orang tua di surau.

Merah Gajah dan Puteri Betong akhirnya menjadi pasangan, dan keduanya menikah. Mereka hidup bahagia sebagai saudara-saudara.

Tak lama setelah itu, Puteri Betong hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Merah Sum. Kemudian, ia hamil lagi dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Merah Seulu. Kedua putra itu tumbuh besar.

Suatu hari, saat Puteri Betong sedang mengatur rambutnya, terlihat sehelai rambut yang berwarna emas. Namun, pada suatu hari, saat ia sedang menyisir rambutnya, rambut itu menjadi terlihat oleh suaminya, Merah Gajah.

Posting Komentar untuk "Hikayat Raja-Raja Samudera Pasai: Kisah Legendaris Perintis Islam di Nusantara"