Pengaruh Hindu di Aceh: Sebuah Perjalanan Sejarah

Seperti halnya Pulau Jawa, Sumatera juga mengalami pengaruh Hindu, meski pengaruh tersebut lebih lemah dibandingkan dengan pengaruh Islam. Pengaruh Hindu di Aceh sering ditekan oleh kekuatan Islam dan para pedagang Arab serta Suriah (dikenal di Aceh sebagai 'Sureën'), yang aktif di pasar-pasar. Mereka membawa keyakinan Islam yang bertentangan dengan agama Hindu.

Masa awal pengaruh Hindu di Sumatera sulit dipastikan secara tepat, tetapi diyakini bahwa pengaruh tersebut sudah ada sebelum tahun Masehi, seiring dengan ekspansi Raja Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung) ke Asia pada sekitar 334-326 SM. Penduduk dari lembah sungai Indus dan Gangga melarikan diri ke Sumatera, termasuk Aceh. Setelah munculnya Islam, para pedagang Arab dan Persia semakin banyak yang datang, dan penanggalan mulai dihitung berdasarkan tahun Hijriah.

Ekspansi Iskandar Zulkarnain ke Asia Tengah dan Asia Tenggara pada akhir abad IV SM memicu perpindahan besar-besaran. Bangsa Fenisia, Suriah, Persia, dan penduduk dari lembah sungai Nil, Tigris, Indus, dan Gangga melarikan diri dari Teluk Persia, Lautan Arab, hingga Teluk Benggala. Imigran ini tiba di Asia Tenggara, termasuk Sumatera, dengan selat Malaka sebagai pintu gerbang utama, menjadikan wilayah seperti Peureulak, Pasai, Pidie, dan Aceh Besar sebagai tujuan utama.

Setelah kematian Iskandar Zulkarnain, panglimanya mulai mengambil alih wilayah dan kekuasaan, sehingga kerajaan besar itu terpecah pada 301 SM. Akibat dari ketidakstabilan politik ini, banyak penduduk yang menderita dan terpaksa melarikan diri ke Asia Tenggara, termasuk Sumatera.

Selama masa pemerintahan Dinasti Maharaja Asoka yang kejam (272-232 SM), banyak orang India dari wilayah Kelingga (Madras) melarikan diri ke Sumatera, Malaka, dan berbagai wilayah di Nusantara. Gelombang migrasi ini terus terjadi, termasuk setelah keruntuhan Kerajaan Andhra pada 185 SM hingga 223 M, yang menyebabkan banyak bangsa Parthi dan Saka melarikan diri. Mungkin inilah asal usul bangsa Sakai di Melaka.

Gelombang migrasi berikutnya terjadi setelah kebangkitan agama Islam pada abad VII, antara tahun 43-602 H (712-1206 M). Penaklukan Persia, Suriah, dan India oleh para khalifah serta penyebaran syiar Islam menyebabkan banyak bangsa Persia dan Hindu yang tidak menganut Islam melarikan diri ke Asia Tenggara. Imigran ini banyak yang menetap di Aceh, sementara sebagian lainnya melanjutkan perjalanan ke pulau-pulau lain di Nusantara seperti Jawa, Bali, dan Ternate.

Dalam salah satu peperangan besar pada tahun 604 M, Raja Harsha dari India Selatan diserang oleh bangsa Huna. Salah satu putri Harsha, yang menjadi permaisuri di wilayah tersebut, melarikan diri ke Aceh setelah suaminya dibunuh. Di Aceh, putri tersebut mendirikan negeri baru yang kemungkinan besar adalah Indrapuri. Setelah memastikan keadaan adiknya aman, Harsha kembali ke India dan diangkat sebagai Maharaja Seri Harsha.

Seperti diketahui, pengaruh Hindu di Sumatera lebih dahulu hadir dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Wilayah-wilayah pesisir utara Sumatera seperti Peureulak, Pasai, Pidie, dan Lamuri menjadi pusat pengaruh ini. Hindu yang masuk ke Sumatera mungkin bisa disebut sebagai Hindu imigrasi, karena banyak pengaruh Hindu datang dari migrasi besar-besaran.

Dalam legenda Aceh, disebutkan bahwa seorang Raja Hindu bernama Rawana pernah memerintah di Indrapuri. Kisah ini mengacu pada banyak nama tempat yang terhubung dengan mitologi Hindu, seperti Seulimeum dan Lam Nga, yang memiliki kemiripan dengan nama-nama kerajaan di India, seperti Hastinapura dan Pataliputra.

Seiring berjalannya waktu, pengaruh Hindu di Aceh mulai memudar dengan kedatangan Islam. Pada abad ke-11, pada tahun 1075 M, agama dan kebudayaan Islam mulai berkembang di Kerajaan Peureulak dan Pasai. Proses islamisasi berlanjut ke Pidie dan akhirnya menyebar ke seluruh Aceh pada abad ke-16, di bawah pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah. Sultan Ali Mughayat Syah dianggap sebagai raja pertama yang membentuk Kerajaan Islam Aceh.

Pengaruh Hindu yang masih tersisa di Aceh pada masa itu mulai memudar, tergantikan oleh pengaruh Islam yang semakin kuat. Meski demikian, pengaruh Hindu masih tampak dalam beberapa elemen budaya dan masyarakat Aceh, yang membentuk sebuah perpaduan unik antara warisan Hindu dan Islam di wilayah ini.

Posting Komentar untuk " Pengaruh Hindu di Aceh: Sebuah Perjalanan Sejarah"