Jejak Kedatangan Orang Prancis ke Aceh: Kisah Augustin de Beaulieu dan Sultan Iskandar Muda

 Kedatangan Orang Francis Ke Aceh

Augustin de Beaulieu lahir di Rheum (Prancis). Setelah lulus sekolah, ia bekerja di sebuah perusahaan pelayaran. Pada tahun 1612, ia berlayar ke Sungai Gambia bersama Tuan de Brigueville untuk membangun koloni pertanian. Namun, karena kondisi musim yang buruk, banyak pengikutnya meninggal. Pada tahun 1616, ia menjalankan tugas dari sebuah perkongsian dagang Prancis untuk berdagang di wilayah Asia Tenggara. Perkongsian tersebut mengirimkan kapal ke Nusantara, dan A. de Beaulieu diangkat sebagai kepala oleh Direksi Perkongsian Prancis untuk berlayar ke Aceh.

Jejak Kedatangan Orang Prancis ke Aceh: Kisah Augustin de Beaulieu dan Sultan Iskandar Muda

Datang Ke Nusantara

Pada tahun 1619, Beaulieu berlayar lagi ke Nusantara dengan tiga kapal. Kali ini, Beaulieu berpangkat Admiral (Laksamana) dari armada kecil tersebut, yang terdiri dari tiga kapal yaitu:

  1. De Montmorency dengan kapasitas 450 ton, berisi 126 awak kapal dan dilengkapi 22 meriam.
  2. De Espérance dengan kapasitas 400 ton, berisi 117 awak kapal dan dilengkapi 26 meriam.
  3. De Hermitage dengan kapasitas 73 ton, berisi 30 awak kapal dan dilengkapi 8 meriam.

Kedatangan Di Aceh

Pada tahun 1621, armada tersebut tiba di Aceh. Sultan Aceh, Iskandar Muda, yang telah menerima kabar bahwa kapal-kapal Prancis akan masuk ke pelabuhan Aceh, segera memberikan izin kepada mereka untuk berdagang dan membeli lada. Setelah kapal-kapal Beaulieu berlabuh di Kuala Aceh—yang pada saat itu merupakan pelabuhan internasional terbesar—para pegawai kerajaan (Syahbandar) menyambut mereka dan mengundang Admiral Beaulieu untuk segera turun ke darat. Setelah membayar cukai sebesar 80 piaster, Beaulieu menyewa rumah besar seharga 50 piaster per bulan karena tidak ingin berbaur dengan duta asing lainnya.

Beaulieu membawa surat dari Raja Prancis untuk Sultan Iskandar Muda, dan karena surat tersebut, ia diizinkan masuk ke istana untuk menyerahkannya langsung kepada Sultan. Selain surat, Beaulieu juga membawa hadiah berupa pakaian militer berpangkat tinggi, lengkap dengan senjata buatan Jerman, termasuk enam pucuk senapan, pistol, pedang, dan peralatan lain yang indah.

Sultan Aceh menerima tamu tersebut sesuai tradisi istana dan sangat senang menerima bingkisan berharga dari Beaulieu, yang nilainya melebihi sepuluh batang emas. Sebagai bentuk penghormatan, Sultan mengundang Beaulieu kembali ke istana untuk jamuan besar. Dalam jamuan tersebut, Beaulieu terkesan dengan kebesaran Aceh; ia disuguhi makanan lezat dan dilayani oleh dayang-dayang istana yang mengenakan perhiasan emas bertatahkan permata. Perabotan yang digunakan pun terbuat dari emas dan perak. Pada kesempatan tersebut, Sultan juga menugaskan sekretarisnya untuk menulis surat izin bagi Beaulieu.

Atas izin Sultan, Beaulieu diperbolehkan membeli lada di Barus dan Liku. Setelah mengisi muatan lada di Barus, ia melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Liku di bagian barat Sumatra, dan di sana ia juga mendapat pelayanan yang baik dari Syahbandar dan Panglima Aceh. Setelah selesai memuat lada, ia berlayar kembali ke Prancis dengan keuntungan yang besar, dan kembali ke Aceh beberapa kali untuk berdagang.

Karena seringnya kunjungan Admiral Augustin de Beaulieu ke Aceh, ia memperoleh pandangan yang mendalam tentang Aceh dan menulis kesan serta pengamatannya tentang Sultan Iskandar Muda dalam sebuah buku.

Posting Komentar untuk "Jejak Kedatangan Orang Prancis ke Aceh: Kisah Augustin de Beaulieu dan Sultan Iskandar Muda"