Asal Usul Nama Aceh: Sejarah, Mitos, dan Legenda
Asal Nama Aceh
Sejak tahun 100 Masehi, Sumatera Utara dikenal oleh orang Arab sebagai Ramni (Ramni), oleh orang Tionghoa disebut Lan-li, dan oleh Marco Polo sebagai Lamuri. Setelah kedatangan Portugis, nama Lamuri tidak digunakan lagi dan berganti menjadi Acheh atau Atjeh. Orang Portugis dan Italia menyebutnya sebagai Achen, Acen, atau Acheh, sementara orang Arab menyebutnya Aqeh. Penulis Prancis menggunakan nama Acnom atau Achen, dan orang Inggris menggunakan sebutan Atchoen atau Acheen. Belanda menyebutnya Achin, Aljin, Alcin, hingga akhirnya menjadi Aljeli, sementara penduduk lokal tetap menyebutnya Aljeli. Nama ini juga muncul dalam naskah-naskah Melayu lama, surat-surat kuno Aceh (sarakala), dan mata uang emas (dirham) serta uang timah Aceh.
Asal nama ini belum ada penjelasan yang jelas. Menurut Gerini, nama Lamuri (Ramni) mungkin merupakan bentuk penggantian dari nama Rambri di Arakan (India), yang diadopsi ke Sumatera Utara melalui pantai India Selatan/Koromandel. Sementara menurut Koullaer, nama Ramni atau Al-Ramni mungkin berasal dari kata Ramana di Arakan yang digunakan oleh bangsa Sinhala.
Hubungan Aceh dengan Birma sangat erat, yang terlihat dari nama-nama tempat di Aceh yang menyerupai nama-nama di Birma. Yule memperkirakan bahwa komoditas seperti kayu brasil (Iambri) yang ditemukan dalam perdagangan Pegolotti berasal dari wilayah Sumatera Utara. Bahkan dalam catatan sejarah Kedah (Marong Mahawangsa) dari abad ke-13, Aceh disebut sebagai satu negeri di pesisir Pulau Perak (Sumatera).
Menurut sejarah lokal, ada cerita tentang kapal dari Gujarat yang tiba di sungai Tjidaih (sekarang Tjeudaih), dan para awak kapal tersebut berteduh di bawah pohon sambil berseru, "Atja, Atja," yang artinya indah. Kata ini kemudian berkembang menjadi nama Atjeh.
Ada pula mitos lain tentang asal-usul nama Aceh yang menceritakan perjalanan Buddha ke Indo-China dan kepulauan Melayu. Saat Buddha berdiri di atas gunung di Sumatera, tubuhnya mengeluarkan cahaya berwarna-warni sehingga orang-orang berseru, "Acchera Vata," yang berarti "alangkah indahnya," dan dari situlah asal nama Aceh.
Dongeng lainnya mengisahkan bahwa pada suatu hari, dua orang putri mandi di sungai, dan menemukan bayi di atas rakit. Putri yang lebih tua meminta adiknya untuk memberikan bayi tersebut kepadanya, dan cerita ini berkembang menjadi istilah "Adoë jang mume, Da jang tjeh," yang kemudian berkembang menjadi Atjeh.
Beberapa cerita lainnya menyebutkan bahwa seorang anak raja terdampar di pantai Aceh, ditemukan di bawah pohon yang daunnya mirip daun pisang, yang kemudian menjadi asal nama Atjeh.
Cerita lainnya dari Toison menyebut bahwa seorang putri Hindu melarikan diri ke Aceh, dan abangnya yang menemukannya menyebut putri itu sebagai Atji atau adik. Sejak saat itu, daerah ini dikenal sebagai Aceh, dan putri tersebut dipilih menjadi ratu di sana.
Menurut catatan Gerini, pengaruh bangsa Dravida sejak 6.000 tahun SM sangat besar dalam pembentukan nama-nama kota di pantai Aceh, sesuai dengan nama-nama di Arakan, Birma, dan Kamboja. Ini menunjukkan kuatnya pengaruh budaya India terhadap bahasa, kepercayaan, dan adat di Aceh, serta hubungan darah dengan orang India Selatan.
Posting Komentar untuk "Asal Usul Nama Aceh: Sejarah, Mitos, dan Legenda"