Putro Manyang Seuludong - Maha Ratu Islam pertama di Nusantara

Sejarah Nusantara menyimpan banyak kisah menarik tentang hubungan perdagangan dan penyebaran Islam di wilayah ini. Berdasarkan penelitian terkini, diketahui bahwa jauh sebelum Islam masuk pada abad ke-7 M, hubungan antara Dunia Arab dan Dunia Melayu-Sumatra telah terjalin erat sejak 2000 tahun SM atau sekitar 4000 tahun lalu. Hal ini terjadi sebagai dampak dari jalur perdagangan laut antara Arab dan Cina, yang menyebabkan munculnya perkampungan Arab, Persia, dan India di pesisir Sumatra.

Putro Manyang Seuludong - Maha Ratu Islam pertama di Nusantara


Aceh: Pusat Transit Perdagangan dan Peradaban

Letak geografis Aceh yang strategis di ujung barat Sumatra menjadikannya sebagai kota pelabuhan transit yang berkembang pesat. Kota ini menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dagang yang menempuh perjalanan panjang dari Cina menuju Persia atau Arab. Beberapa pelabuhan penting yang menjadi pusat perdagangan saat itu antara lain Barus, Fansur, Lamri, dan Jeumpa. Salah satu komoditas unggulan dari wilayah ini adalah kafur, yang menjadi barang mewah di kalangan bangsawan Yunani, Romawi, Mesir, dan Persia. Popularitas "Kafur Barus" bahkan sebanding dengan minyak wangi mewah dari Paris saat ini.

Kerajaan Jeumpa: Awal Penyebaran Islam di Nusantara

Salah satu kerajaan yang berkembang pesat di Aceh adalah Kerajaan Jeumpa. Berdasarkan Ikhtisar Radja Jeumpa yang ditulis oleh Ibrahim Abduh, kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 M di wilayah perbukitan sekitar Sungai Peudada hingga Pante Krueng Peusangan. Pusat pemerintahannya berada di Blang Seupeueng, yang kala itu merupakan kota pelabuhan besar dengan alur sungai yang memungkinkan kapal-kapal niaga berlayar hingga ke pusat kerajaan.

Menurut legenda, sebelum kedatangan Islam, Jeumpa sudah menjadi pusat perdagangan yang memiliki hubungan erat dengan Cina, India, dan Arab. Kemudian, pada awal abad ke-8 M, datanglah seorang pemuda bernama Shahrianshah Salman al-Farisi, atau dikenal juga sebagai Sasaniah Salman al-Farisi. Beberapa sumber menyebutnya sebagai keturunan Sayyidina Hussein, cucu Rasulullah SAW, yang menikah dengan putri Maharaja Persia, Syahribanun. Pangeran Salman tiba di Jeumpa bersama rombongannya, dengan tujuan berdagang sekaligus berdakwah menyebarkan Islam.

Penduduk Jeumpa dengan mudah menerima ajaran Islam karena tertarik dengan sifat ramah dan perilaku terpuji yang dimiliki Pangeran Salman. Selain itu, ia juga dikenal sebagai seorang pemuda cerdas yang mendapat pendidikan terbaik dari Persia. Hal ini menarik perhatian Meurah Jeumpa, penguasa setempat, yang kemudian mengangkatnya sebagai orang kepercayaan kerajaan.

Pangeran Salman dan Putro Manyang Seuludong: Dinasti Islam Jeumpa

Keberhasilan Pangeran Salman dalam menjalankan tugasnya membuatnya dinikahkan dengan Putro Manyang Seuludong, putri Raja Jeumpa yang dikenal cerdas dan berwibawa. Setelah pernikahan tersebut, Pangeran Salman diangkat sebagai raja dan memproklamirkan Kerajaan Islam Jeumpa sekitar tahun 770 M (156 H). Nama "Jeumpa" sendiri diambil dari "Champia," sebuah wilayah di Persia yang berarti harum dan wangi.

Di bawah kepemimpinan mereka, Kerajaan Jeumpa berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan transit bagi pedagang Arab, Cina, dan India. Lebih dari itu, Jeumpa juga menjadi pusat penyebaran Islam di Sumatra, bahkan ke seluruh Nusantara. Sejarah mencatat bahwa Jeumpa menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara, mendahului Perlak, Pasai, dan Aceh Darussalam.

Peran Besar Putro Manyang Seuludong

Keberhasilan Kerajaan Jeumpa tidak lepas dari peran Putro Manyang Seuludong. Ia bukan sekadar seorang permaisuri, tetapi juga pendamping setia Pangeran Salman dalam membangun kerajaan. Berbeda dengan Cleopatra yang dikenal penuh intrik dan tipu daya, Putro Manyang menggunakan kecerdasan dan kewibawaannya untuk mendukung kesuksesan suaminya. Berkat kepemimpinan mereka berdua, Jeumpa menjadi kerajaan yang disegani dan menjadi tempat persinggahan utama bagi para pedagang dari berbagai penjuru dunia.

Warisan Kerajaan Jeumpa dan Keturunannya

Putro Manyang Seuludong tidak hanya berhasil membangun kerajaan, tetapi juga melahirkan keturunan yang melanjutkan perjuangan penyebaran Islam di Nusantara. Beberapa putra dan putrinya yang berperan penting dalam sejarah antara lain:

  • Syahri Poli: Pendiri Kerajaan Poli yang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Pidie.

  • Syahri Tanti: Tokoh yang meletakkan dasar bagi berdirinya Kerajaan Samudera-Pasai.

  • Syahri Dito: Penerus Kerajaan Jeumpa.

  • Syahri Nuwi: Pendiri Kerajaan Perlak.

  • Makhdum Tansyuri: Ibu dari Sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, Maulana Abdul Aziz Syah (diangkat pada tahun 840 M).

Keturunan Putro Manyang Seuludong dikenal sebagai sosok yang cerdas dan berwibawa, menjadi inspirasi bagi para ratu dan putri di Nusantara. Puteri-puteri Jeumpa bahkan menjadi lambang kewibawaan ratu-ratu Islam di istana-istana Perlak, Pasai, Malaka, hingga Majapahit.

Jejak Sejarah Kerajaan Jeumpa di Masa Kini

Hasil observasi di kawasan yang diduga sebagai tapak Kerajaan Jeumpa menunjukkan peninggalan berupa bangunan istana, kolam mandi kerajaan seluas 20x20 meter, kaca jendela, porselen, serta perhiasan seperti cincin dan anting besar. Penemuan ini menggambarkan kejayaan dan kemakmuran kerajaan yang berdiri lebih dari 14 abad lalu.

Warisan Putro Manyang Seuludong dan Pangeran Salman terus menginspirasi sejarah Aceh dan Nusantara. Kisah mereka membuktikan bahwa di balik setiap kerajaan yang besar, terdapat pemimpin yang bijaksana dan permaisuri yang berperan besar dalam kesuksesannya. Dari Jeumpa, Islam mulai menyebar ke seluruh Nusantara, menandai babak baru dalam perjalanan sejarah bangsa ini.


Posting Komentar untuk "Putro Manyang Seuludong - Maha Ratu Islam pertama di Nusantara"